Danantara Bangun Fondasi Fiskal Tangguh Melalui Sinergi BUMN dan Investasi Global
Oleh: Juanda Syah)*
Upaya memperkuat ketahanan ekonomi nasional kini memasuki babak baru melalui langkah strategis Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dalam mengonsolidasikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Inisiatif ini bukan sekadar restrukturisasi bisnis, tetapi bagian dari strategi besar membangun fondasi fiskal yang tangguh melalui optimalisasi aset negara, efisiensi korporasi, dan sinergi dengan investasi global.
Langkah yang ditempuh Danantara memperlihatkan arah baru transformasi ekonomi Indonesia, di mana BUMN tidak lagi hanya menjadi instrumen pembangunan domestik, tetapi juga mitra strategis dalam menarik aliran investasi internasional. Dengan pendekatan sinergis, pemerintah berupaya menciptakan ekosistem bisnis yang efisien, adaptif terhadap perubahan global, dan mampu memperkuat posisi fiskal negara dalam jangka panjang.
Salah satu pilar utama dalam strategi tersebut adalah rencana penggabungan atau merger BUMN Karya yang tengah dikaji secara mendalam oleh Danantara bersama BUMN. Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk., Muhammad Hanugroho, mengatakan bahwa langkah merger ini menjadi bagian penting dalam mengembalikan fokus perusahaan negara kepada bisnis inti, yakni sektor konstruksi dan infrastruktur. Penggabungan tersebut akan memperkuat sinergi antar perusahaan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengefektifkan alokasi sumber daya dalam mendukung pembangunan nasional.
BUMN kini tengah menelaah berbagai opsi terbaik untuk memastikan hasil konsolidasi membawa manfaat maksimal bagi perekonomian nasional. Rencana awal penggabungan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dengan PT Hutama Karya (Persero) sempat menjadi fokus, namun kemudian diperluas menjadi kajian menyeluruh terhadap seluruh BUMN karya yang berjumlah tujuh perusahaan besar. Dengan dukungan konsultan independen, langkah ini diharapkan menghasilkan skema konsolidasi yang paling efektif dan berkelanjutan.
Dalam konteks yang lebih luas, Chief Operating Officer (COO) BPI Danantara, Dony Oskaria, mengatakan bahwa strategi konsolidasi ini akan mengarah pada pengurangan jumlah BUMN karya menjadi tiga entitas besar. Penggabungan ini tidak semata-mata bertujuan efisiensi, tetapi juga untuk memperkuat struktur keuangan dan memperluas kapasitas investasi. Dengan jumlah entitas yang lebih ramping, BUMN karya akan lebih fokus pada peningkatan kualitas proyek, optimalisasi pembiayaan, serta kolaborasi strategis dengan investor global.
Tujuh BUMN karya yang saat ini menjadi objek konsolidasi meliputi PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Brantas Abipraya (Persero), PT Nindya Karya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Melalui merger yang terarah, ketujuh entitas tersebut akan diintegrasikan menjadi tiga korporasi unggul yang memiliki kekuatan finansial besar dan daya saing global.
Transformasi ini menjadi momentum untuk mengubah paradigma pengelolaan BUMN. Selama ini, banyak perusahaan negara yang berperan ganda sebagai mesin ekonomi sekaligus alat politik. Namun, arah baru yang ditetapkan Danantara dan BUMN menegaskan bahwa BUMN harus berdiri di atas prinsip profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas. Reformasi tata kelola dan budaya kerja menjadi fondasi penting dalam menciptakan BUMN yang modern, adaptif, serta mampu berkolaborasi dengan sektor swasta dan investor global.
Dalam konteks ekonomi global yang semakin terintegrasi, kehadiran Danantara menjadi representasi Indonesia dalam menjembatani kerja sama investasi lintas negara. Melalui manajemen aset dan investasi yang berstandar internasional, Danantara membuka peluang bagi masuknya modal asing ke sektor-sektor strategis Indonesia, termasuk energi, infrastruktur, dan digitalisasi. Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya memperkuat struktur pembiayaan nasional, tetapi juga mendorong transfer teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di sektor BUMN.
Selain memperkuat keuangan negara, konsolidasi BUMN karya melalui Danantara juga akan berdampak positif terhadap percepatan pembangunan nasional. Dengan efisiensi organisasi dan manajemen yang terintegrasi, proyek-proyek infrastruktur strategis dapat diselesaikan lebih cepat, dengan biaya yang lebih terkendali dan kualitas yang lebih baik. Dampak langsungnya akan terasa pada peningkatan konektivitas wilayah, produktivitas ekonomi, serta pemerataan pembangunan antar-daerah.
Danantara tidak hanya berfungsi sebagai pengelola investasi negara, tetapi juga sebagai katalis reformasi ekonomi menuju struktur fiskal yang lebih kuat dan berkelanjutan. Dengan memperkuat sinergi antara aset nasional dan investasi global, lembaga ini berperan dalam membangun sistem ekonomi yang mampu menghadapi tekanan eksternal, menjaga stabilitas anggaran, serta memastikan pembangunan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Sinergi antara BUMN dan investasi global yang diinisiasi oleh Danantara menjadi model kolaborasi baru bagi pembangunan ekonomi nasional. Langkah ini menandai era baru transformasi BUMN dari perusahaan yang berorientasi proyek menjadi entitas bisnis berkelas dunia yang menopang kemandirian fiskal Indonesia.
Pada akhirnya, keberhasilan Danantara dalam membangun fondasi fiskal tangguh akan menjadi tolok ukur kematangan ekonomi nasional. Melalui pengelolaan aset yang transparan, efisien, dan bersinergi dengan investasi global, Indonesia tidak hanya memperkuat posisinya di kancah internasional, tetapi juga mewujudkan cita-cita kemandirian ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Dengan langkah konsolidasi dan strategi investasi terpadu, Danantara membuktikan bahwa sinergi antara BUMN dan investasi global adalah kunci utama membangun fondasi fiskal yang kokoh sebuah langkah visioner menuju Indonesia yang kuat, mandiri, dan berdaya saing global.
)* Penulis adalah mahasiswa Jakarta tinggal di Bandung
