Efisiensi Fiskal Jadi Stimulus Pertumbuhan Ekonomi

Oleh: Dhita Karuniawati )*

Dalam konteks pembangunan nasional, kebijakan fiskal memegang peranan penting sebagai instrumen pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Namun, efektivitas kebijakan fiskal tidak hanya bergantung pada besarnya anggaran yang dikeluarkan, melainkan pada seberapa efisien pemerintah dalam mengelola setiap rupiah yang dibelanjakan. Efisiensi fiskal kini menjadi kata kunci dalam upaya pemerintah untuk mempercepat transformasi ekonomi nasional yang inklusif, produktif, dan berdaya saing tinggi.

Pemerintah terus mengarahkan kebijakan fiskal agar lebih efisien dan berdampak langsung bagi masyarakat. Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan bahwa kebijakan fiskal 2025 difokuskan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus memastikan setiap rupiah belanja negara memberi manfaat nyata bagi rakyat. Menurutnya, sejak awal tahun 2025 Kementerian Keuangan telah melakukan penyisiran dan refocusing anggaran secara menyeluruh. Langkah ini menjadi kunci dalam mendorong efisiensi fiskal, agar belanja negara benar-benar tepat sasaran dan mendukung agenda pembangunan prioritas.

Anggaran yang berhasil diefisiensikan tersebut kemudian dialihkan untuk mendanai program-program prioritas baru Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang langsung berpihak kepada rakyat, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah dimulai sejak 6 Januari, Sekolah Rakyat, Koperasi Desa Merah Putih, dan program penting lainnya.

Menjelang akhir tahun 2025, Kementerian Keuangan juga mempercepat realisasi belanja APBN sebesar Rp3.500 triliun guna memperkuat permintaan domestik, memperluas lapangan kerja, serta menekan angka kemiskinan. Percepatan belanja ini diyakini akan menjadi katalis utama bagi perekonomian. Selain efisiensi dan percepatan belanja, pemerintah juga menyiapkan stimulus likuiditas melalui kebijakan penempatan Rp200 triliun kas pemerintah di perbankan, yang sebelumnya tersimpan di Bank Indonesia. Langkah ini bagian dari manajemen kas negara untuk memastikan likuiditas perbankan tetap ample dan suku bunga bisa turun, sehingga investasi menjadi lebih menarik.

Arah kebijakan fiskal sejalan dengan reformasi struktural dan upaya perbaikan iklim investasi, termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), kepastian hukum, dan pembangunan infrastruktur. Semua itu merupakan pondasi untuk menjaga ketahanan ekonomi jangka panjang. Belanja APBN yang setara 14% dari PDB digunakan secara strategis untuk menopang delapan program prioritas pemerintah, terutama hilirisasi industri, yang menjadi motor utama peningkatan nilai tambah, investasi, dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Kebijakan fiskal bukan sekadar menjaga neraca, tapi alat nyata untuk memperkuat ekonomi rakyat dan mempercepat pertumbuhan nasional. Pemerintah terus memperkuat sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur demi mendukung dunia usaha dan memperkuat fondasi ekonomi nasional.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa optimistis terhadap prospek ekonomi nasional. Ia menjelaskan bahwa percepatan belanja pemerintah dan pertumbuhan kredit perbankan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada akhir 2025, hingga tahun 2026. Pemerintah akan memastikan program belanja berjalan tepat waktu, tepat sasaran, dan tanpa kebocoran. Selain itu, pemerintah komitmen untuk terus memperkuat integritas aparatur fiskal, khususnya di bidang perpajakan dan kepabeanan, serta akan terus mengoptimalkan pembiayaan pembangunan tanpa membebani fiskal secara berlebihan, dengan memastikan setiap utang digunakan secara produktif dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Upaya efisiensi fiskal tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah. Desentralisasi fiskal memberi ruang besar bagi daerah untuk mengelola anggaran sendiri. Namun, efisiensi di tingkat daerah masih menjadi tantangan, terutama terkait kemampuan perencanaan, koordinasi antar-instansi, dan pengawasan penggunaan anggaran.

Pemerintah pusat terus mendorong daerah untuk memperbaiki kualitas belanja, mempercepat realisasi anggaran, serta mengarahkan alokasi dana ke sektor-sektor produktif yang mendorong perekonomian lokal. Penerapan sistem pelaporan keuangan daerah yang terintegrasi juga menjadi langkah penting dalam meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas fiskal di seluruh tingkatan pemerintahan.

Efisiensi fiskal bukan sekadar jargon teknokratis, melainkan fondasi utama bagi terciptanya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam era globalisasi dan transformasi digital, pemerintah terus berupaya untuk semakin cerdas, transparan, dan adaptif dalam mengelola keuangan negara.

Dengan memastikan setiap rupiah anggaran memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat, efisiensi fiskal dapat menjadi stimulus nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui tata kelola keuangan publik yang baik, sinergi antar kebijakan, dan komitmen terhadap transparansi, Indonesia dapat melangkah mantap menuju masa depan ekonomi yang kuat, mandiri, dan berkeadilan.

)* Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *