Tertib dan Penuh Makna, Peringatan Hari Pahlawan 2025 Dapat Apresiasi Luas
Oleh: Erick Surya )*
Peringatan Hari Pahlawan 2025 berlangsung tertib dan penuh makna di berbagai daerah di Indonesia. Momentum tahunan ini kembali menjadi refleksi nasional atas perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan bangsa.
Tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Sosial mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menghentikan sejenak aktivitasnya selama satu menit, tepat pukul 08.15 WIB tepat pada 10 November 2025, guna mengheningkan cipta sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan.
Menteri Sosial Syaifullah Yusuf menegaskan bahwa keheningan selama satu menit tersebut bukan sekadar seremoni simbolik, melainkan bentuk kesadaran kolektif bangsa untuk mengenang jasa para pejuang. Ia mengajak seluruh masyarakat di mana pun berada untuk turut berpartisipasi.
Kegiatan heningkan cipta menjadi bagian dari rangkaian besar Peringatan Hari Pahlawan Nasional 2025 yang dipersiapkan secara komprehensif oleh Kementerian Sosial. Rangkaian kegiatan berlangsung sejak pagi, diawali dengan Upacara Ziarah Nasional di Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Utama Kalibata.
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto hadir sebagai Inspektur Upacara, memperlihatkan komitmen pemerintah untuk terus menghormati jasa para pahlawan yang telah berjasa besar bagi negeri.
Pada waktu bersamaan, di Teluk Jakarta, digelar Upacara Tabur Bunga di Laut sebagai penghormatan bagi para pahlawan yang gugur di lautan. Kegiatan ini menjadi simbol penghargaan terhadap perjuangan tanpa batas dari mereka yang mempertaruhkan hidup demi menjaga kedaulatan Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga menyelenggarakan Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara, menandai penghormatan tertinggi kepada tokoh-tokoh yang telah memberi kontribusi besar dalam perjalanan bangsa.
Tidak hanya di tingkat nasional, pemerintah daerah dan berbagai instansi turut menggelar kegiatan serupa. Seluruh instansi, baik pemerintah maupun nonpemerintah, mengadakan upacara bendera pada pukul 08.00 waktu setempat. Dalam setiap upacara tersebut, pembina membacakan amanat dari Menteri Sosial sebagai pedoman renungan Hari Pahlawan 2025.
Bagi lembaga yang tidak menyelenggarakan upacara secara langsung, Kementerian Sosial menyiarkan jalannya Upacara Ziarah Nasional melalui TVRI dan kanal resmi, sehingga seluruh masyarakat tetap dapat mengikuti peringatan dengan khidmat.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk mengibarkan Bendera Merah Putih satu tiang penuh di rumah masing-masing sepanjang 10 November 2025. Gerakan ini menjadi simbol kebersamaan dan semangat kebangsaan yang mengikat seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang
Peringatan di berbagai daerah turut menambah makna dari momentum nasional ini. Di Kabupaten Maluku Tenggara, pemerintah daerah menggelar upacara ziarah dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Rudira Jaya, Kelurahan Ohoijang Watdek, Kecamatan Kei Kecil.
Upacara ziarah tersebut dipimpin oleh Komandan Lanud Dominicus Dumatubun, Letkol Pas Firasat Amansyah, yang bertindak sebagai Inspektur Upacara. Dalam pesannya, ia mengingatkan generasi muda bahwa perjuangan saat ini tidak lagi dengan senjata, melainkan melalui karya dan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.
Pesan ini menjadi relevan dengan semangat peringatan Hari Pahlawan yang ingin menegaskan bahwa nilai-nilai kepahlawanan dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk pengabdian. Pemerintah melihat partisipasi masyarakat di berbagai daerah sebagai bukti bahwa semangat perjuangan masih terjaga. Di tengah dinamika zaman modern, kesadaran kolektif untuk menghormati jasa para pahlawan merupakan fondasi penting bagi pembangunan karakter bangsa.
Sementara itu, di Kota Surabaya, semangat memperingati Hari Pahlawan diwujudkan secara kreatif oleh kalangan seniman. Forum Pegiat Kesenian Surabaya (FPKS) menggelar konser bertema Satu Jalan Perjuangan: Merayakan Hari Pahlawan, Merayakan W.S. Rendra. Acara tersebut menampilkan sejumlah seniman lintas bidang yang membawakan karya bertema perjuangan dan persatuan, sebagai bentuk penghormatan kepada semangat Kota Pahlawan.
Musisi sekaligus penggagas acara, Sastra Harijanto Tjondrokusumo, menilai bahwa semangat kepahlawanan harus dihidupkan melalui karya seni yang membangkitkan rasa cinta tanah air. Melalui musik dan tari, masyarakat diingatkan untuk tidak melupakan akar perjuangan yang telah membentuk identitas bangsa. Kegiatan tersebut juga menjadi wadah memperkuat solidaritas antarseniman serta menginspirasi generasi muda untuk mengisi kemerdekaan dengan kreativitas dan karya positif.
Pemerintah menilai inisiatif masyarakat seperti ini menunjukkan betapa peringatan Hari Pahlawan bukan hanya seremoni tahunan, tetapi momentum memperkokoh nilai-nilai kebangsaan. Peringatan yang berlangsung secara tertib dan penuh makna di seluruh Indonesia ini menjadi wujud nyata semangat persatuan nasional.
Momen heningkan cipta yang digelar serentak di seluruh negeri pada pukul 08.15 WIB menjadi puncak refleksi nasional. Dalam satu menit keheningan itu, seluruh rakyat Indonesia seolah bersatu dalam doa dan rasa syukur atas jasa para pahlawan. Heningkan cipta menjadi ruang batin bagi bangsa untuk kembali meneguhkan komitmen menjaga kemerdekaan dan memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Melalui peringatan yang berlangsung tertib, penuh makna, dan diikuti secara luas, masyarakat Indonesia menegaskan bahwa semangat kepahlawanan tidak pernah pudar. Pemerintah mengapresiasi seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam menjaga kondusivitas dan menjadikan peringatan Hari Pahlawan 2025 sebagai momen kebangsaan yang menggugah semangat nasionalisme.
Dengan keberhasilan pelaksanaan peringatan yang serentak, tertib, dan penuh makna, Hari Pahlawan 2025 meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia. Semangat perjuangan para pendahulu kini diteruskan dalam bentuk pengabdian nyata — membangun bangsa, menjaga persatuan, serta meneguhkan cinta tanah air sebagai wujud penghormatan sejati bagi para pahlawan yang telah berjasa tanpa pamrih demi Indonesia merdeka.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
