Investasi Strategis Danantara Perkuat Pondasi Fiskal Nasional

Jakarta – Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (DJSEF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, menegaskan bahwa pemerintah menargetkan investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional melalui optimalisasi peran Danantara, badan holding investasi yang akan menjadi penggerak utama pertumbuhan investasi di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

“Dari sisi Capex BUMN setidaknya berkontribusi sekitar 5%–6% (terhadap PDB) tiap tahunnya. Tahun 2025, estimasi Capex BUMN mencapai Rp 380 triliun, sementara Capex dari APBN sekitar Rp 490 triliun,” ujar Febrio di Jakarta.

Ia menjelaskan, selama ini investasi di Indonesia masih didominasi oleh sektor swasta yang menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional.

Namun, pemerintah kini ingin memperkuat kontribusi BUMN terhadap investasi nasional, terutama melalui Danantara, yang diinisiasi langsung oleh Presiden Prabowo sebagai lembaga pengelola investasi strategis negara.

“Danantara akan memainkan peran besar dalam mendorong investasi strategis. Target Capex BUMN dalam konsolidasi Danantara bahkan dinaikkan dua kali lipat pada 2026 agar bisa menjadi driver pertumbuhan ekonomi yang kuat,” jelas Febrio.

Pemerintah menyiapkan berbagai langkah untuk memastikan Danantara berjalan efektif dan menjadi katalis investasi yang berorientasi nilai tambah tinggi (high value investment).

Beberapa sektor prioritas investasi yang akan difokuskan antara lain hilirisasi sumber daya alam, infrastruktur, manufaktur bernilai tambah tinggi, dan ekonomi digital.

Selain mendorong investasi produktif, pemerintah juga menyiapkan dana sekitar Rp 200 triliun di sektor perbankan—terutama di Himbara dan BSI—untuk memperkuat pembiayaan investasi nasional.

Ini menjadi bentuk dukungan fiskal yang strategis agar Danantara memiliki ruang fiskal yang kuat untuk mendukung ekspansi investasi jangka panjang.

Febrio menegaskan, meski peran BUMN dan Danantara akan diperkuat, porsi investasi swasta tetap menjadi komponen terbesar dalam struktur perekonomian nasional.

“Yang berbeda di era Presiden Prabowo, beliau ingin melihat BUMN kita jauh lebih optimal. Tapi pada akhirnya, investasi swasta tetap akan menjadi dominan,” tuturnya.

Ia optimistis bahwa sinergi antara pemerintah, BUMN, Danantara, dan sektor swasta akan menciptakan iklim investasi yang kondusif dan fiskal yang tangguh.

Ia menambahkan, semakin tingginya nilai tambah dari investasi akan menciptakan lapangan kerja baru, memperkuat produktivitas bonus demografi, serta menjaga kesinambungan fiskal jangka panjang.

“Dengan investasi yang tepat sasaran dan fiskal yang kuat, pertumbuhan ekonomi kita bisa lebih berkualitas dan inklusif,” pungkas Febrio.

[w.R]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *