Kebijakan Fiskal Ekspansif Bukti Nyata Pemerintah Hadir untuk Rakyat
Oleh : Widya Arifin )*
Langkah pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dengan menerapkan kebijakan fiskal ekspansif terbukti menjadi strategi yang sangat tepat untuk semakin menopang kondisi dan fundamental ekonomi seluruh rakyat Indonesia di tengah terjadinya dinamika global seperti saat ini.
Peningkatan belanja negara, percepatan penyaluran anggaran, serta fokus pada program-program yang pro-rakyat telah terbukti mampu terus mendorong adanya aktivitas ekonomi nasional menuju ke arah yang jauh lebih kuat dan inklusif dari sebelumnya.
Pemerintah menunjukkan keseriusan dalam menghidupkan kembali mesin ekonomi kerakyatan melalui berbagai macam kebijakan fiskal yang berpihak pada masyarakat kecil. Beragam program seperti optimalisasi bantuan sosial, kenaikan upah minimum, hingga penyaluran Tunjangan Hari Raya lebih awal menjadi bentuk nyata upaya menjaga daya beli masyarakat.
Salah satu program unggulan yang sangat menonjol ialah Makan Bergizi Gratis, yang bukan hanya berperan menjaga ketahanan gizi anak, tetapi juga menjadi penggerak roda ekonomi lokal karena melibatkan petani, koperasi pangan, serta pelaku UMKM daerah.
Presiden Prabowo menegaskan bahwa seluruh kebijakan pemerintahannya harus berpihak pada kepentingan rakyat banyak. Ia menilai pengelolaan keuangan negara harus bersih, efisien, dan tepat sasaran agar uang rakyat kembali dalam bentuk pelayanan publik yang nyata.
Pembangunan infrastruktur publik seperti transportasi massal juga menjadi bukti kehadiran negara dalam memberikan layanan yang terjangkau. Menurut Presiden, komitmen pemerintah untuk menanggung sebagian besar biaya operasional transportasi publik mencerminkan tanggung jawab negara dalam memastikan akses ekonomi yang setara bagi seluruh lapisan masyarakat.
Presiden juga menunjukkan optimisme terhadap kekuatan ekonomi nasional yang semakin mandiri. Ia menyoroti capaian pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan serta upaya menuju swasembada energi.
Peningkatan cadangan pangan hingga titik tertinggi sepanjang sejarah republik menjadi bukti konkret bahwa kebijakan ekspansif pemerintah tidak hanya berbicara pada angka-angka, tetapi juga menyentuh kebutuhan paling dasar masyarakat, yaitu pangan dan energi.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai kebijakan ekspansif yang dijalankan telah berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,04 persen (year-on-year) pada kuartal ketiga 2025, di tengah tekanan global dan perlambatan ekonomi di banyak negara mitra dagang. Menurutnya, capaian tersebut merupakan hasil efektivitas pengelolaan kebijakan fiskal yang dijalankan sepanjang tahun.
Kementerian Keuangan mencatat, kebijakan fiskal ekspansif telah menjaga daya beli masyarakat dan memperkuat daya saing dunia usaha. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 4,89 persen, ditopang oleh peningkatan mobilitas dan transaksi digital, sementara konsumsi pemerintah naik 5,49 persen berkat percepatan realisasi anggaran. Di sisi investasi, pertumbuhan sebesar 3,02 persen terutama terjadi pada sektor bangunan dan infrastruktur yang didorong oleh proyek strategis nasional.
Purbaya menekankan bahwa kebijakan fiskal ekspansif diarahkan tidak hanya untuk menjaga konsumsi, tetapi juga membuka ruang investasi baru yang memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang.
Sektor ekspor dan industri manufaktur juga menunjukkan kinerja positif. Ekspor barang dan jasa tumbuh hampir 10 persen, sementara industri pengolahan naik 5,54 persen, dengan subsektor logam dasar dan kimia-farmasi mencatat lonjakan signifikan.
Kebijakan ekspansif tersebut juga menciptakan dampak nyata terhadap lapangan kerja. Data pemerintah menunjukkan terciptanya 1,9 juta pekerjaan baru sepanjang tahun, sementara tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 4,85 persen. Purbaya menilai hasil tersebut tidak hanya mencerminkan ketahanan ekonomi nasional, tetapi juga sinergi yang kuat antara kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan.
Dampak positif kebijakan fiskal juga terlihat dari sisi pembiayaan dan sektor perbankan. Chief Economist BNI, Leo Putera Rinaldy, menilai keputusan pemerintah menempatkan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp200 triliun di bank-bank Himbara memberikan dorongan besar terhadap pertumbuhan kredit. Ia memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan dapat meningkat hingga 10 persen pada kuartal keempat 2025, mencerminkan meningkatnya aktivitas ekonomi nasional.
Leo menjelaskan bahwa kebijakan fiskal ekspansif tersebut berpotensi memperkuat pemerataan ekonomi di berbagai lapisan masyarakat. Dengan meningkatnya aliran dana ke sektor riil, pelaku usaha kecil, petani, dan pelaku ekonomi daerah dapat merasakan langsung manfaat kebijakan fiskal yang dijalankan pemerintah. Ia menilai kebijakan tersebut tidak hanya mendorong pertumbuhan, tetapi juga menciptakan struktur ekonomi yang lebih inklusif.
Selain itu, program stimulus pemerintah yang berfokus pada perluasan lapangan kerja dan peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui program magang menjadi bukti keberpihakan terhadap ekonomi rakyat. Upaya ini berdampak langsung pada peningkatan daya beli, khususnya di sektor informal yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Kebijakan fiskal ekspansif yang diterapkan pemerintahan Prabowo Subianto dan dikawal Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bukan hanya respons terhadap tantangan ekonomi global, tetapi juga strategi untuk menata ulang arah pembangunan nasional agar lebih berkeadilan. Pendekatan pro-rakyat yang diusung menunjukkan keberanian pemerintah untuk menempatkan kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas utama dalam kebijakan ekonomi.
Dengan fondasi fiskal yang kuat dan fokus pada pemerataan kesejahteraan, langkah ekspansif pemerintah layak disebut sebagai keputusan strategis yang tepat dalam menjaga ketahanan ekonomi sekaligus menopang kehidupan rakyat di seluruh pelosok negeri. (*)
)* Penulis adalah pengamat kebijakan publik
