Tokoh Bangsa Kompak Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Jakarta – Menjelang peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025, dukungan terhadap pengusulan Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, sebagai Pahlawan Nasional semakin menguat dan menjadi sorotan publik. Sejumlah tokoh ormas besar, akademisi, hingga pimpinan partai politik kompak menyatakan bahwa Soeharto layak diberi gelar pahlawan atas jasa besarnya dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menegaskan bahwa Soeharto pantas mendapatkan gelar tersebut. Ia menilai rekam jejak perjuangan Soeharto tidak terbantahkan, mulai dari keterlibatannya dalam perang gerilya hingga peran penting dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang menjadi momentum strategis pengakuan internasional terhadap kedaulatan Indonesia.
“Kami mendukung Bapak Soeharto sebagai Pahlawan Nasional karena beliau sangat berjasa kepada Republik Indonesia, sejak masa revolusi kemerdekaan hingga masa pembangunan,” ujar Dadang.
Selain di masa perjuangan, Soeharto dinilai sukses memimpin pembangunan nasional melalui Repelita, menciptakan stabilitas politik, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dadang menyebut keberhasilan swasembada beras, program Keluarga Berencana, serta stabilitas keamanan selama masa pemerintahannya sebagai pencapaian besar yang layak dihargai negara.
“Ketika menghargai jasa seseorang, lihatlah kepentingan bangsa dan negara. Jasa Pak Harto bagi Indonesia sangat besar,” tambahnya.
Dukungan juga datang dari Ketua PBNU Gus Fahrur Rozi yang menyebut Soeharto sebagai tokoh berperan besar dalam proses modernisasi dan pembangunan sosial-ekonomi. Ia menilai penetapan gelar ini menjadi bentuk penghormatan negara terhadap jasa para pemimpin yang menguatkan pondasi bangsa.
“Pak Harto berjasa besar dalam stabilisasi nasional dan pembangunan ekonomi. Indonesia dikenal dunia sebagai macan ekonomi Asia pada masa itu,” katanya.
PP Muhammadiyah kembali menegaskan dukungan melalui pernyataan Muhadjir Effendy yang menyebut tidak ada alasan untuk menolak gelar tersebut. “Tidak ada satu pun orang yang bisa memungkiri andil Pak Harto terhadap bangsa Indonesia,” tuturnya. Ia juga menegaskan bahwa mayoritas rakyat memahami besarnya kontribusi Soeharto dalam sejarah nasional.
Dari kalangan akademisi, dukungan mengalir dari Universitas Dwijendra dan Universitas Udayana. Mereka menilai bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pemimpinnya dan melihat sejarah secara objektif. “Kita tidak boleh melupakan jasa beliau,” ujar Dosen Universitas Dwijendra, Ni Made Adi Novayanti.
Momentum Hari Pahlawan tahun ini menjadi pengingat bahwa pembangunan dan perjuangan bangsa adalah jasa kolektif para tokoh yang telah mengabdikan hidupnya untuk Indonesia. Usulan gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto tidak sekadar simbol, tetapi penghormatan atas kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa. “Semoga penetapan ini semakin memperkuat persatuan dan penghargaan kita terhadap tokoh bangsa,” kata Gus Fahrur.
Dengan dukungan dari ormas besar, akademisi, hingga masyarakat, pengusulan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional kini menjadi perhatian publik dan dinilai selaras dengan semangat Hari Pahlawan: menghargai jasa para pendiri dan pembangun negeri.
