Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto Tuai Apresiasi Berbagai Kalangan

Jakarta – Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto, menuai apresiasi luas dari berbagai kalangan. Tokoh agama, pejabat publik, hingga akademisi menilai Soeharto layak mendapatkan pengakuan negara atas jasa dan pengabdiannya dalam menjaga stabilitas serta membangun bangsa.

Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Niam Sholeh, menyatakan bahwa bangsa besar adalah bangsa yang menghargai pemimpinnya.

“Setiap mantan presiden yang telah tiada layak diangkat sebagai pahlawan nasional. Mereka telah berjuang dan berkorban saat memimpin negeri,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa penghargaan tersebut bukan hanya bersifat simbolik, tetapi juga menjadi momentum memperkuat nilai kebangsaan dan persatuan.

Asrorun Niam juga menilai pemberian gelar kepada Soeharto merupakan langkah bijak dalam meneguhkan semangat rekonsiliasi nasional.

“Masyarakat tidak boleh menyimpan dendam dan mengungkit keburukan masa lalu, karena tidak ada orang yang sempurna,” katanya.

Ia menambahkan bahwa setiap pemimpin bekerja di zamannya masing-masing, dengan tantangan dan keterbatasannya sendiri.

“Kita tidak bisa terus menilai masa lalu dengan kacamata masa kini. Memaafkan dan menghargai jasa adalah tanda kematangan bangsa,” tambahnya.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, juga memberikan pandangan serupa. Ia menegaskan tidak ada bukti yang menunjukkan Soeharto terlibat dalam peristiwa genosida 1965–1966.

“Tuduhan-tuduhan itu tidak pernah dibuktikan secara hukum maupun fakta sejarah yang valid,” ujarnya.

Menurutnya, penilaian terhadap tokoh bangsa harus berdasarkan data yang objektif, bukan stigma politik atau kepentingan tertentu.

Soeharto dikenal memimpin Indonesia selama 32 tahun dengan berbagai program pembangunan seperti Repelita dan GBHN yang menjadi fondasi kemajuan nasional.

Meski masa Orde Baru tidak lepas dari kritik, banyak pihak menilai bahwa kontribusinya harus dilihat secara menyeluruh dan proporsional.

Dukungan juga datang dari Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad, yang menilai Soeharto sebagai tokoh penting dalam sejarah bangsa.

“Kita harus menilai sejarah secara proporsional. Soeharto berjasa besar bagi Indonesia, baik sebagai prajurit kemerdekaan maupun pemimpin pembangunan,” ujarnya, mengingatkan peran Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.

Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto dipandang sebagai wujud penghormatan atas dedikasinya serta simbol kematangan bangsa dalam menghargai perjalanan sejarahnya. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *